Sudah hampir tengah malam, kita masih terjebak dalam diam. Angin berhembus dingin tak memberi jalan keluar. Tempat makan ini kulihat sepi, menambah kesan kepiluan hati. Diraut wajahmu pun kulihat tak ada tanda-tanda ingin berdamai.
Harus dengan kata apalagi agar permintaan maafku ini menembus hatimu. Dengan gengaman seperti apa lagi agar dinginmu mulai hangat kembali. Atau dengan canda yang bagaimana agar senyummu tumbuh dan merekah kembali. Kamu keterlaluan menghukumku.
Tapi, aku tak mau menyerah. Aku tak mau lagi menjadi pria yang gagal, gagal membuatmu bahagia, setidaknya membuatmu tersenyum. Bagaimanapun, aku tak mau kita pulang dalam keadaan saling diam dan penuh amarah. Setidaknya ketika kamu kembali ke Makassar, kamu meninggalkan senyum manismu itu di Malang.
Aku sodorkan roti bakar rasa coklat di hadapanmu, diikuti senyuman yang aku buat semanis mungkin agar menular ke bibir manismu. Kusebut namamu dengan penuh cinta, agar pipi gempalmu itu kembali merah merona. Kutatap matamu dengan penuh harapan, agar kamu memaafkan kesalahanku. Aku gunakan jurus terakhirku itu karena aku sudah bosan dengan diammu.
"Kalau cemberut gitu, pipimu ikut mengembang, dek", godaku.
"Apaan sih, Mas", dengan senyum sedikit dipaksakan, menurutku.
Tapi, ternyata bukan dipaksakan, itu benar-benar senyumanmu. Aku kenal senyuman itu, senyum malu nan manis. Akhirnya senyum itu terbit lagi. Senyuman itu mulai mekar kembali. Ah, tidak sia-sia usahaku, walau kurasa sedikit menjijikkan usahaku. Hehe.
"Maafin aku ya, Mas. Udah ngediemin kamu sejak tadi. Aku tuh ga suka dibentak. Mas juga jadi orang kok nyebelin banget", sambungnya. "Padahal siapa juga yang ngebentak. Hatimu aja yang terlalu lembut, dek. Maafin aku juga ya, Dek. Aku benar-benar gak bermaksud membentakmu, sedikitpun gak pernah mau membentakmu", pungkasku. "Iya mas, aku sudah maafin kok".
Cuma dengan senyuman, hati yang tadinya gersang, kembali subur dan hijau. Harapan yang mulai patah, kini tersambung dan tumbuh kembali. Menggemaskan sekali kamu, dek. Ingin rasanya aku dokumentasikan agar orang-orang mengerti betapa manisnya senyumanmu. Tapi, itu tidak akan aku lakukan karena cuma aku yang ingin menikmatinya. Aku tak rela berbagi dengan yang lain. Hehe
Bagaimana mungkin aku tak jatuh cinta padamu, jika setiap senyummu terbit, aku selalu tenggelam di dalamnya.
Malam ini kembali sempurna, hangat dan syahdu. Aku tak ingin beranjak pergi dulu dari tempat ini. Aku masih ingin menikmati hangatnya cintamu dan menghabiskan sisa tabungan rindu. Jika perlu, sampai pagi kamu harus bersamaku. Karena esok dan seterusnya kita akan menghadapi lagi hari-hari penuh rindu dan kita akan mulai menabung kembali, menabung rindu dan menghabiskannya lagi di pertemuan selanjutnya.
"Dek, aku mencintaimu".