“Masih hujan nih, nanti malem aja ya mainnya”.
Sore ini Malang sedang basah, hujan mengguyur sejak siang
tadi. Meski di luar mendung dan hujan, hatiku sedang berbahagia. Mumpung aroma petrichor masih tercium aku ingin
sedikit berbagi kisah dengan kalian. Entah apa hubungannya petrichor dengan cerita ini, aku juga ga paham. Hehehe.
Namaku Rima, teman kampus sih biasa manggil aku “Mir”,
kepanjangan dari “Amir”, cowok banget kan. Di Malang ada istilah bahasa walikan (dibalik) dan namaku adalah
contoh yang awalnya Rima menjadi Amir. Ini juga karna keisengan teman-temanku
juga sih, masa cewek manis sepertiku di panggil Amir.
Beberapa minggu terakhir ini, Sabtu soreku selalu di temani oleh
mas pacar. Oleh karna itu, sore ini aku begitu bahagia. Cinta yang awalnya hanya
sebuah biji, kini sedang tumbuh berkecambah. Bahkan hujan di luar seolah menyirami
cinta kita agar tumbuh subur.
Kali ini, di sisa hujan di bulan Februari, aku tidak akan bercerita tentang bagaimana aku menjalani hari-hari dengan si pacar. Aku akan berbagi bagaimana aku mendapatkannya. Ya, aku yang mendapatkannya. Akulah yang nekat dan mempertaruhkan harga diri seorang wanita untuk menyatakan cinta.
****
Aku sudah lama suka dengan Aksa. Yup, cowok beruntung itu
bernama Aksara, aku panggil Aksa, nama panjangnya ‘Aksaaaaaaaaa’. Eh itu
teriakanku ketika doi sok cuek sama aku sih. Hehehe.
Kami dipertemukan beberapa tahun yang lalu di kota ini
sebagai mahasiswa baru. Hawa sejuk kala itu membuat perkenalan kita sangat
dingin. Aksa seorang yang pendiam sedangkan aku manusia yang super aktif dan
pencicilan. Tapi waktu itu aku tertular sifatnya, aku mendadak menjadi wanita
pendiam dan kaku. Walau hanya 5 menit sih, karna grogi ngadepin cowok kalem dan
ehmm ganteng.
Aku sudah naksir doi sejak lama, sejak kita pertama kali
saling memegang tangan. Saling menggenggam ketika salaman untuk yang pertama
kali. Ya kali salaman ga saling menggenggam. Hadehh. Namun, sebagai cewek aku gengsi lah untuk ngungkapin
semuanya ke Aksa. Mau di taruh di mana harga diri ini.
Di pertengahan semester 7 kemarin, pertahananku runtuh. Cinta
sudah di ujung belati yang ingin segera ditusukkan ke korban di depannya. Dan
Aksa adalah korban sekaligus tersangka yang membuat belati itu menusuk dirinya.
Di siang yang cerah kala itu, kantin sedang lengang. Hanya
ada motor yang berlalu lalang. Aku dan Aksa sedang nongkrong. Sejak kita masuk
di kepengurusan himpunan jurusan, kita selalu bareng. Makan, kuliah, main,
sampai ngerjain tugas bareng. Aksa seakan sengaja memupuk cintaku dengan selalu
bersamaku.
Waktu itu aku nekat. Masa bodo dengan harga diri. Bukankah
cinta itu juga harga diri. Tak ada hujan, tak ada angin, tiba-tiba mulutku
mengeluarkan kata-kata yang aku pun tak sadar mengucapkannya.
“Sa, aku mencintaimu”
Dan kalian tahu, Aksa hanya tersenyum dan berkata, “Aku
sudah tahu”. Memang dia rada nyebelin sih orangnya. Aku dibuat malu setengah
mati di depannya.
“Aku pun mencintamu, Mir”, sambungnya.
Whatttttt??????
Aku syok dong mendengar kalimat terakhirnya itu. Dengan
spontan aku langsung tampar muka Aksa. Ga kenceng sih, tapi agak sakit juga
sepertinya. Hehehe.
Aku gemes aja dengan kata-kata terakhir itu. Kenapa harus
aku yang memulai dulu baru kata-kata itu keluar dari mulut Aksa. Padahal, aku
sudah hampir 2 tahun menunggu untaian kata yang begitu indah itu. Kata-kata
terbaik yang selalu aku harapkan di setiap menjelang tidur. Dan kata-kata itu
akhirnya terucap dan seolah menjadi kekuatan dan semangat baru untukku. Ya
walaupun cara Aksa sedikit menyebalkan dan gemesin, tapi aku suka. Hehehe.
Cinta itu bukan soal gender, yang harus selalu cowok untuk
mengawalinya dan cewek yang harus selalu menunggu. Ungkapkan cintamu selagi itu baik dan belum terlambat. Diterima
atau ditolak itu urusan belakang. Jangan seperti pemilik dan editor blog ini
yang begitu penakut mengungkapkan cinta. Cowok kok begitu. Hahaha.
Eh, soal tamparanku ke Aksa jangan ditiru ya. Tapi kata dia
waktu itu, dia senang aku tampar kok dan aku cuma sekali itu aja nampar Aksa.
Sekarang tanganku aku buat menggandeng tangannya biar ga jauh dari aku. Hehe. Sudah
dulu ya kawan-kawan, begitulah ceritaku mendapatkan cintanya Aksa. Kapan-kapan
aku sambung lagi ceritanya kalau sedang ada waktu.
Selamat hari kasih sayang, hiduplah dengan penuh cinta.