Dilansir dari media Kabar Besuki pada Kamis 3 Maret 2022. Mereka menulis sebuah hasil penelitian dengan judul "Usia Terbaik untuk Menikah Ternyata Umur 28-32 Tahun, Begini Faktanya", khas sekali tulisan masa kini dengan clikbait. Biar banyak yang baca kali ya hehe. Kita lanjut.
Penelitian ini ditulis oleh Nick Wolfinger yang di publikasikan di Institute of Family Studies. Nick menyebutkan bahwa usia terbaik untuk menikah itu antara 28-30 tahun. Hal ini dikarenakan orang yang menikah di usia tersebut risiko untuk bercerainya lebih kecil. Sosiolog ini juga menyampaikan bahwa semakin lama menunda pernikahan, semakin kecil risiko bercerainya.
Tapi penelitian baru menyebutkan bahwa ketika seseorang sudah melewati 32 tahun, risiko untuk bercerai kembali tinggi.
Ini menunjukkan apa wahai pembaca? Ya nda tau, kok tanya saya wkwkwk
Becanda pemirsah hehe.
Intinya, mau menikah di usia berapa pun, ketika kita tidak siap mental dengan yang namanya berumah tangga, semua kemungkinan bercerai itu akan terjadi. Jadi menurut saya pribadi, besar kecilnya angka perceraian bukan karna usia kita menikah tapi seberapa siapkah mental kita untuk ngehadapi kehidupan berumah tangga. Anjayyy, keren kali awak ini wkwk.
Tidak-tidak, saya tidak akan membuat tulisan ini seolah-olah banyak ilmu yang akan didapat. Ini hanyalah curhatan semata. Bukan mau sok pintar. Tulisan di atas tadi cuma akal-akalan sekaligus cari pembenaran saja kenapa sampai sekarang saya belum menikah.
Maret 2022 ini, umur saya genap memasuki 28 tahun. Kata orang sih memasuki Quarter Life Crisis. Menurut sumber yang saya baca, Quarter Life Crisis adalah periode saat seseorang berusia 18-30 tahun yang merasa tidak memiliki arah, kekhawatiran, bingung, dan galau akan tidak kepastian kehidupannya di masa mendatang. (Cielah, sok iye sekali nulisnya)
Tapi bentar dulu, apakah orang-orang ini mengartikan Quarter Life Crisis mengambil dari kehidupanku sehari-hari ya, kok sangat menggambarkan sekali, cuma definisinya kurang kejombloan aja tuh, sangat menyedihkan :(
Sebenarnya tidak menyedihkan banget sih. Kehidupanku sampai saat ini bahagia dan menyenangkan. Apalagi melihat keluarga dan temen-temen sehat, ponakan yang lucu-lucu dan yang paling menyenangkan karna masih bisa berkumpul bareng temen-temen deket yang mungkin ini membuat iri orang lain karna sudah diikat dengan namanya pernikahan jadi ruang geraknya sudah makin sempit. Haha canda.
Yang menyebalkan dari Quartel Life Crisis yang saya hadapi sekarang adalah menjawab pertanyaan "kapan nikah". Awalnya sih santai saja tapi lama-lama menyebalkan juga ya pernyataan ini. Bukan gak mau menikah, siapa sih yang gak pengen nikah dan berumah tangga. Semua orang menginginkan itu apalagi ini ibadah. Tapi, kita kan gak pernah tahu masalah yang dihadapi semua orang kenapa dia memilih tidak untuk cepat menikah. Jadi mbok ya pertanyaan itu gak usah ditanyain terus, bosen dengernya.
Ini kok malah ngomel-ngomel sih, padahal tadi pengen curhat dan ngucapin selamat ulang tahun buat diri sendiri, malah melebar kemana-mana. Hadehh, ga habis thinking.
Udah ah, cukup segini aja. Yang jelas konklusi dari tulisan ini
"Menikah itu bisa karena dipaksa, tapi jangan menikah karena terpaksa."
Selamat ulang tahun, Viq. Hadapi Quarter Life Crisis-mu dengan pringas pringis. Tetap tenang dan jangan santai. Cepat kuat mentalmu dan menikah. Berbahagialah. Semoga khusnul khatimah. Aamiin :)