Menulis

21 Juli 2018


"Menulis", dunia baru yang aku sedang pelajari. Akhir-akhir ini aku gemar sekali menulis sekaligus membaca buku. Bukan karna aku rajin, tapi lebih kepada mengisi waktu-waktu luang, dari pada cuma tidur dan tidak produktif.

"Menulis" itu menurutku adalah kegiatan yang sederhana tapi susahnya luar biasa. Gimana gak susah, kata seorang penulis yang pernah aku baca tulisannya, bilang begini "untuk menulis satu paragraf, kita harus membaca satu buku". Bayangin aja berapa banyak buku yang harus dibaca ketika ingin menjadi seorang penulis yang masyhur. Berat? Berat atau tidak itu tergantung bagaimana menjalaninya. Biar gak terlalu berat, anggap aja itu sebagai hobby, hehe.

Bicara tentang hobby, teringat ketika aku mulai suka membaca buku. Ya walaupun buku-buku yang aku baca rata-rata tentang cerita cinta atau motivasi-motivasi untuk menjalani hidup dengan lebih baik, karna memang waktu itu kondisiku sedang berduka hati, cieelah haha. Itu juga alasan kenapa buah viqiranku disini kebanyakan adalah cerita dan sajak-sajak cinta. Ya sesuai lah dengan pemiliknya yang penuh dengan cinta hehe.

Jadi begini ceritanya, beberapa bulan terakhir aku sedang galau berat, biasa lah perjalanan cinta anak muda yang penuh drama dan lika-liku. "Lika-liku perjalanan cinta penuh luka-luka dari seorang laki-laki yang tak laku-laku", hahaha. Ketika kegalauan itu sedang dipuncaknya, entah kenapa minat membacaku meningkat drastis. Tiba-tiba aja gitu langsung ngambil buku dan membacanya. Aku bersyukur kegalauanku ini membawa ke hal-hal yang positif. Gak kebayang aja kalau kegalauanku mengarah ke hal yang negatif misalnya, narkoba, minum-minuman keras, atau yang lain-lain. Mau jadi apa aku ini, kan? Bisa-bisa aku tidak bisa hidup senyaman ini. Ah, terima kasih Tuhan. Semoga Tuhan  selalu menjaga kita dari hal-hal negatif semacam itu, Amiin. 

Kembali ke topik pembicaraan. "Menulis" ternyata banyak membawa manfaat, salah satunya bisa membuka wawasan baru. Untuk menulis sebuah artikel, opini, bahkan cerita-cerita pendek atau tulisan-tulisan lainnya, kita dituntut untuk menguasai, atau paling tidak mengetahui hal-hal apa saja yang akan kita tulis, baik itu didapat dari membaca atau dari hal-hal yang ada di sekitar kita, misal seperti gula dan kopi. Anggap saja karyamu itu adalah ilmu, dan untuk menyampaikan ilmu kita harus berilmu dulu, kan? Jadi, "menulis" itu tak ada ruginya selama itu tak merugikan orang lain. Bahkan, "menulis" juga bisa menjadi kenangan indah di masa depan.

Untuk kawula muda, kaum milenialis -yang egosentris yang kurang etis tapi doyan narsis-, mari kita belajar menulis dan berkarya yang baik. Menulis sajak-sajak indah, hikayat, atau karya-karya yang lainnya. Bukan hanya saja menulis untuk caption di Instagram atau menulis status-status untuk mencaci-maki sesama, tapi menulis untuk membuka wawasan yang berguna untuk diri kita, lebih-lebih bisa berguna untuk orang banyak. Bukankah sebaik-baiknya manusia itu yang dapat berguna untuk orang lain? Begitu kan dek?

Tulisan ini sebenarnya tantangan dari temanku Resolia yang ngajakin kolaborasi untuk "menulis". Kata dia "tulisan seseorang bisa dilihat dari apa yang dia baca", makanya aku sangat tertantang untuk berkolaborasi dan makin semangat pula untuk meningkatkan minat membacaku yang akhir-akhir ini mulai menurun. Terima kasih Eco, dan mari kita mulai kolaborasi ini. Semoga kolaborasi kita ini bisa bermanfaat untuk orang banyak. Dan ini dia, "Buka Lembar", oleh Resolia "Eco"  Warid.

Buah Viqirr-an Lainnya

4 Komentar

  1. Semoga tulisannya segera ada di salah satu rak gramedia..

    BalasHapus
  2. aku senang sekali kamu mau mau aja aku ajak pas lagi iseng-isengnya. Semoga kolaborasi ini jadi berkah, aamiin

    Gak sabar baca tulisanmu minggu depan, Mate.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.
      Aku juga ga sabar baca tulisanmu minggu depan.

      Hapus